Dunia Gonjang-ganjing, Harga Emas Makin Berkilau


Harga emas global menunjukkan performa positif selama pekan pertama 2025, menandai penguatan signifikan di tengah ketidakpastian kebijakan Presiden terpilih Donald Trump dan data tenaga kerja AS yang mengejutkan pasar.

Merujuk data Refinitiv, emas spot (XAU) ditutup di posisi US$ 2.689,63 pada Jumat (10/1/2025), naik 0,73% dari penutupan sehari sebelumnya di US$ 2.670,19, sekaligus mencatatkan penguatan mingguan sebesar 2,5%.

Rebound harga emas dimulai pada Selasa (7/1/2025) ketika emas bangkit dari koreksi di awal pekan, ditutup naik 0,54% di US$ 2.649,49. Tren positif berlanjut hingga Jumat, didorong oleh lonjakan permintaan safe haven di tengah meningkatnya ketidakpastian global.

Laporan pekerjaan AS yang dirilis pekan ini menunjukkan peningkatan 256.000 lapangan kerja di Desember, jauh melampaui estimasi 160.000. Data ini mencerminkan kekuatan pasar tenaga kerja, tetapi menimbulkan spekulasi bahwa Federal Reserve mungkin menahan diri untuk memangkas suku bunga secara agresif tahun ini.

Meski demikian, investor tetap memilih emas sebagai aset lindung nilai di tengah kekhawatiran atas kebijakan proteksionis Trump, termasuk rencana pemberlakuan tarif perdagangan universal. Ketidakpastian ini mendorong inflasi potensial, yang cenderung meningkatkan daya tarik emas sebagai aset anti-inflasi.

Selain itu, risalah rapat The Fed bulan Desember menegaskan bahwa pembuat kebijakan akan lebih berhati-hati dalam menyesuaikan suku bunga, mempertimbangkan risiko dari langkah-langkah ekspansif Trump.

Kinerja emas minggu ini mencerminkan kombinasi kuat antara permintaan safe haven dan faktor-faktor ekonomi global. Sejak awal tahun, harga emas telah naik lebih dari US$ 65 per troy ons, dengan tren penguatan didukung oleh ketidakpastian geopolitik, mendekati pelantikan Trump, kekhawatiran akan kebijakan proteksionisnya menjadi fokus utama pasar.

Lalu angka tenaga kerja AS yang lebih kuat dari perkiraan mencerminkan daya tahan ekonomi, meskipun meningkatkan peluang penundaan pemangkasan suku bunga oleh The Fed.

Juga indeks dolar AS (DXY) relatif terkoreksi, mendukung penguatan harga emas sepanjang pekan.

Pada Jumat, emas sempat turun ke US$ 2.663,09 sebelum kembali menguat tajam hingga menembus US$ 2.686,24. Lonjakan ini menegaskan pandangan analis bahwa pelaku pasar enggan menjual emas dalam kondisi ketidakpastian yang tinggi.

Harga emas telah mencatatkan dua pekan berturut-turut di zona hijau, didorong oleh permintaan safe haven di tengah sentimen proteksionis dan ketahanan ekonomi AS. Dengan potensi inflasi yang lebih tinggi dan kebijakan The Fed yang hati-hati, tren positif emas diproyeksikan berlanjut dalam beberapa pekan mendatang.

disneygraphy.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*