Putin-Xi Jinping Respons, Pemerintah Rusia dan China buka suara soal munculnya laporan yang menyebut Presiden Amerika Serikat – (AS) Donald Trump ingin melancarkan serangan bom ke Moskow dan Beijing. Hal ini disampaikan langsung melalui juru bicara dan jalur media pemerintah. Sebelumnya, pernyataan Trump ini muncul di sebuah rekaman yang direkam tahun lalu di depan pertemuan tertutup dengan para donor. Saat itu, Trump mengatakan berusaha menghalangi Presiden Rusia Vladimir Putin menyerang Ukraina dengan mengancam akan “mengebom habis-habisan Moskow” sebagai balasan.
Putin-Xi Jinping Respons Trump Mau Bom Moskow dan Beijing – “Dengan Putin, saya berkata, ‘Jika Anda pergi ke Ukraina, saya akan mengebom habis-habisan Moskow’. Saya katakan, ‘saya tidak punya pilihan’,'” kata Trump dalam sebuah penggalangan dana untuk tahun 2024, menurut rekaman audio tersebut, dikutip dari CNN International dan CNBC International, Kamis (10/7/2025). Trump kemudian mengklaim bahwa ia menyampaikan peringatan serupa kepada Presiden China, Xi Jinping tentang potensi invasi ke Taiwan. Ia mengatakan kepadanya bahwa AS akan mengebom Beijing sebagai balasannya.
Putin-Xi Jinping Respons Trump Mau Bom Moskow dan Beijing
Baru-baru ini, sebuah rekaman audio dari tahun 2024 yang bocor ke publik memicu kehebohan diplomatik. Di dalamnya, mantan Presiden AS Donald Trump mengaku pernah mengancam Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping dengan bom nuklir – yakni “membom habis” ibu kota Moskow maupun Beijing. Berikut adalah ulasan lengkap tentang latar belakang, reaksi Moskow dan Beijing, hingga implikasi geopolitik.
Ringkasan Singkat
-
Trump mengaku memberi ancaman tegas kepada Putin: jika invasi lanjut ke Ukraina, AS akan membom Moskow.
-
Ia juga menyampaikan pesan serupa kepada Xi Jinping terkait potensi serangan ke Taiwan.
-
Kremlin dan Beijing belum mengonfirmasi kebenaran rekaman tersebut, menyebutnya masih samar dan mungkin propaganda semata.
-
Ancaman ini memicu panggilan ulang atas hubungan AS–Rusia dan AS–China, serta strategi politik Trump yang disebut “deterrence tak terduga”.
Kronologi Pengungkapan Rekaman
Awal Juli 2025, CNN merilis audio eksklusif dari Trump yang terekam saat kampanye tahun 2024. Di pertemuan donatur, Trump berkata:
“With Putin I said, ‘If you go into Ukraine, I’m gonna bomb the s— out of Moscow. I’m telling you I have no choice.’”
Ia juga mengulang hal serupa terkait China:
“If you go to Taiwan, I’m going to bomb the s— out of Beijing.”
Rekaman ini dikonfirmasi oleh berbagai media seperti CNBC, Newsweek, ABP Live, dan The Daily Beast .
Respons Kremlin & Beijing
Kremlin – melalui juru bicara Dmitry Peskov – menyatakan belum bisa mengonfirmasi maupun menolak validitas rekaman tersebut. Ia menyebut banyak “fake news” seputar Trump, dan menolak mengomentari lebih lanjut .
China – belum memberikan respon resmi, tetapi laporan dari Newsweek mengungkap bahwa pihak Beijing tampaknya sedang menyensor berita ancaman Trump tersebut .
Strategi Deterrence Trump dan Kritik Publik
Ancaman ekstrem seperti ini mencerminkan pendekatan Trump yang dikenal sebagai “deterrence tak terduga”:
- Ia menggunakan retorika keras untuk menimbulkan keraguan pada adversaries (meski hanya 5–10% meyakini ancaman tersebut) .
- The Daily Beast dan Reuters menyoroti bahwa strategi ini adalah bagian dari apa yang disebut “Trump Doctrine”: tegas, tak terduga, dengan keterlibatan minimal setelahnya .
- Namun, strategi ini menuai kritik:
- John Bolton, mantan penasihat keamanan nasional, menyatakan tidak ada bukti pembicaraan langsung seperti yang diklaim Trump .
- Para pakar menyebut retorika seperti ini bisa merusak kredibilitas AS dan memicu eskalasi militer tak terduga.
Dampak Terhadap Hubungan AS–Rusia–China
Hubungan AS–Rusia
- Hubungan ini telah tegang sejak invasi Ukraina 2022.
- Trump sebelumnya memperingatkan Putin mengenai perang, tapi juga dianggap terlalu ramah pada masa kepresidenannya.
- Kini, audio ini bisa menambah ketidakpastian dan memperkuat ketegangan .
Hubungan AS–China
- Pendekatan tegang terkait Taiwan bisa menambah tekanan pada hubungan yang sudah tegang mengenai perdagangan dan teknologi.
- Namun, Xi dan Putin memperkuat kerja sama strategis mereka – termasuk kunjungan saling antar pemimpin dan perjanjian energi & militer .
Poros Beijing–Moskow
- Meski belum sekongkol, kerja sama China–Russia semakin erat: volume perdagangan mencapai $240 miliar pada 2023 .
- Kunjungan kenegaraan Xi ke Rusia pada Mei 2025 menandakan hubungan mereka semakin “de facto alliance” .
Analisis Geopolitik & Implikasi SEO
Aspek | Dampak |
---|---|
Strategi Trump | Retorika ekstrem bisa menciptakan efek deterrence, namun juga menimbulkan kekhawatiran eskalasi militer. |
Kredibilitas | Pernyataan belum diverifikasi secara independen – menimbulkan skeptisisme internasional. |
Citra AS | Hard power “baku tembak nuklir” bisa merusak citra diplomasi AS yang selama ini bergantung pula pada soft power. |
Aliansi Global | Memperkuat kerja sama China–Rusia, serta meningkatkan insentif bagi NATO dan negara-negara lain untuk bersatu melawan potensi agresi. |
Untuk optimasi SEO, beberapa keyword utama bisa digunakan:
-
“Trump ancam bom Moskow Beijing”
-
“Putin respon ancaman Trump”
-
“Xi Jinping tanggapi Trump bomb Beijing”
-
“Trump deterrence audio viral 2025”
Kesimpulan
Rekaman Trump yang mengklaim ancaman nuklir terhadap Moskow dan Beijing memicu kekhawatiran serius tentang eskalasi militer global. Kremlin menolak memastikan kebenaran, sementara China lebih memilih diam. Strategi “deterrence tak terduga” yang diandalkan Trump kini mendapat kritik karena risiko abdikan stabilitas internasional. Sementara itu, hubungan China–Rusia justru menguat di tengah ketidakpastian AS, memperlihatkan bagaimana pergeseran kebijakan AS bisa memberikan momentum bagi poros Beijing–Moskow.