NASA Ungkap Jakarta & 9 Kota Besar Dunia Terancam Tenggelam

Dunia Terancam Tenggelam, Naiknya permukaan air laut akibat perubahan iklim bukan lagi ancaman masa depan, di mana tanda-tandanya sudah nyata. Dari banjir yang makin sering hingga erosi garis pantai, kota-kota besar dunia kini berada di ambang bencana, salah satunya Jakarta, yang disebut sebagai salah satu yang tercepat tenggelam di dunia. NASA memperkirakan permukaan laut akan naik setinggi 3 hingga 6 kaki (sekitar 0,9-1,8 meter) pada tahun 2100. Penyebab utamanya adalah pencairan es di kutub akibat pemanasan global. Jika tren ini terus berlanjut, ratusan juta orang di seluruh dunia terancam kehilangan tempat tinggal, terutama di wilayah pesisir yang padat penduduk.

Dunia Terancam Tenggelam

NASA Ungkap Jakarta & 9 Kota Besar Dunia Terancam Tenggelam

Pemanasan global dan penurunan permukaan tanah menjadi ancaman serius bagi sejumlah kota besar dunia. Dalam sebuah studi terbaru, NASA mengungkapkan bahwa beberapa kota metropolitan, termasuk Jakarta, menghadapi risiko tenggelam dalam beberapa dekade mendatang jika tidak ada tindakan mitigasi yang serius. Artikel ini akan membahas kota-kota tersebut, faktor penyebabnya, serta langkah-langkah yang dapat diambil untuk menghadapi ancaman ini.

Apa yang Menyebabkan Kota Tenggelam?

Menurut penelitian NASA dan data satelit dari program Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR), ada dua faktor utama yang menyebabkan kota tenggelam:

  1. Kenaikan Permukaan Laut akibat perubahan iklim.

  2. Penurunan permukaan tanah (subsidence), seringkali karena eksploitasi air tanah berlebihan dan pembangunan infrastruktur berat.

Gabungan kedua faktor ini mempercepat proses tenggelamnya kota-kota di wilayah pesisir.

Jakarta: Kota yang Tenggelam Paling Cepat di Dunia

Mengapa Jakarta Sangat Rentan?

Jakarta dikenal sebagai salah satu kota dengan laju penurunan tanah tercepat di dunia. Dalam beberapa wilayah, permukaan tanah menurun hingga 25 cm per tahun.

Penyebab utamanya adalah:

  • Pengambilan air tanah berlebihan oleh industri dan rumah tangga.
  • Kurangnya sistem air bersih terpusat, mendorong warga untuk mengebor air tanah.
  • Beban berat gedung-gedung tinggi dan pembangunan yang masif.
  • Minimnya ruang terbuka hijau dan daerah resapan air.

Prediksi Tenggelam

Menurut NASA dan laporan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), sebagian wilayah Jakarta Utara bisa tenggelam sepenuhnya pada tahun 2050 jika tidak ada intervensi besar.

9 Kota Besar Dunia Lainnya yang Terancam Tenggelam

NASA juga mengidentifikasi sembilan kota besar lainnya di dunia yang menghadapi ancaman serupa. Berikut adalah daftarnya:

Bangkok, Thailand

  • Mengalami penurunan tanah sekitar 1-2 cm per tahun.

  • Dibangun di atas lahan rawa, dengan populasi lebih dari 10 juta.

  • Risiko banjir tinggi setiap musim hujan.

Shanghai, Tiongkok

  • Penurunan tanah sekitar 2,5 cm per tahun di beberapa daerah.

  • Proyek reklamasi dan pembangunan masif memperburuk kondisi.

  • Dikelilingi oleh air, membuatnya sangat rentan terhadap kenaikan air laut.

Houston, Amerika Serikat

  • Penurunan tanah terkait dengan eksplorasi minyak dan air tanah.

  • Rentan terhadap badai dan banjir, seperti yang terjadi saat Badai Harvey.

New Orleans, Amerika Serikat

  • Sudah berada di bawah permukaan laut.

  • Bergantung pada sistem tanggul yang kompleks.

  • Rentan terhadap badai dan banjir akibat perubahan iklim.

Lagos, Nigeria

  • Kota terbesar di Afrika ini menghadapi kombinasi penurunan tanah dan naiknya air laut.

  • Infrastruktur yang lemah memperparah risiko banjir.

Dhaka, Bangladesh

  • Salah satu kota paling padat di dunia.

  • Terletak di dataran rendah dan menghadapi banjir musiman serta naiknya permukaan laut.

Venice, Italia

  • Tenggelam secara perlahan sejak abad ke-20.

  • Kenaikan permukaan laut menyebabkan banjir terjadi lebih dari 60 kali dalam setahun.

Amsterdam, Belanda

  • Sudah berada di bawah permukaan laut.

  • Tanggul dan sistem pengelolaan air yang canggih menjaga kota tetap kering, namun tetap menghadapi risiko tinggi dari perubahan iklim.

Manila, Filipina

  • Mengalami penurunan tanah akibat eksploitasi air tanah dan aktivitas geologi.

  • Sering dilanda badai tropis dan banjir besar.

Dampak Ekonomi dan Sosial

Jika kota-kota tersebut tenggelam, dampaknya akan sangat besar:

  • Pemindahan jutaan orang (pengungsi iklim).

  • Kerugian ekonomi miliaran dolar per tahun.

  • Hilangnya infrastruktur penting seperti pelabuhan, bandara, dan pusat ekonomi.

  • Krisis kesehatan akibat sanitasi buruk dan banjir permanen.

Langkah Mitigasi yang Diperlukan

Untuk mencegah atau memperlambat proses tenggelamnya kota, sejumlah langkah perlu segera diambil:

Pengurangan Penggunaan Air Tanah

  • Membangun sistem distribusi air bersih berbasis permukaan (bukan dari sumur bor).

  • Menerapkan tarif air yang lebih adil untuk industri dan rumah tangga.

Pembangunan Infrastruktur Penahan Air

  • Bendungan laut raksasa seperti proyek “Giant Sea Wall” di Jakarta.

  • Sistem kanal, tanggul, dan pintu air otomatis seperti di Belanda.

Perencanaan Tata Kota Berkelanjutan

  • Menghentikan pembangunan di zona rawan banjir.

  • Meningkatkan area hijau dan ruang terbuka untuk serapan air.

Kebijakan Adaptasi Iklim

  • Menyesuaikan pembangunan dengan proyeksi iklim masa depan.

  • Penerapan teknologi pemantauan tanah secara real-time.

Edukasi dan Partisipasi Masyarakat

  • Kampanye hemat air dan pelestarian lingkungan.

  • Melibatkan warga dalam pengambilan keputusan tata ruang.

FAQ: Pertanyaan Umum

Apakah Jakarta benar-benar bisa tenggelam?

Ya. Jika tidak ada upaya besar-besaran untuk mengurangi penggunaan air tanah dan membangun perlindungan pantai, sebagian besar wilayah Jakarta Utara bisa tenggelam dalam 25 tahun ke depan.

Apa kota yang paling cepat tenggelam saat ini?

Jakarta sering disebut sebagai kota dengan laju penurunan tanah tercepat di dunia, terutama di kawasan Muara Baru dan Pluit.

Apa peran masyarakat dalam mencegah hal ini?

Masyarakat dapat berperan dengan mengurangi penggunaan air tanah, mendukung kebijakan hijau, dan menjaga lingkungan sekitar.

Kesimpulan

Data dari NASA dan lembaga-lembaga internasional memberikan peringatan keras bahwa kota-kota besar dunia, termasuk Jakarta, tidak bisa lagi menunda aksi. Risiko tenggelam bukan lagi isu masa depan, tapi kenyataan yang mulai terlihat hari ini.

Tags:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*